Makalah
MACAM-MACAM PENDEKATAN TEORI KONSELING
Diajukan untuk memenuhi
tugas terstruktur mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Dra. Nurul Azmi, M.Pd.
Oleh :
Lin Indah Hidayati
(1410160061)
Ade Arofah (14101600 )
BIO-B / Semester
IV
Kelompok
1 (satu)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
KATA
PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Macam-macam Pendekatan Teori Konseling”
ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling. Shalawat serta salam, semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
SAW sebagai penyampai risalah terakhir, sehingga kita mampu merasakan betapa
mulianya Islam, melalui sifat-sifat yang beliau contohkan.
Kami sampaikan terimakasih pada Ibu Nurul Azmi, sebagai Dosen
Pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling, karena dengan tugas yang diberikan
ini, dapat memacu kami untuk belajar dan mencari tahu tentang berbagai macam
teori konseling, terutama yang berkaitan dengan makalah yang kami buat ini. Juga kepada orang tua dan rekan-rekan
yang selalu memberi dorongan pada kami dalam pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari, dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kekurangan untuk itu kami sebagai penyusun, sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan karya dan
makalah lainnya di masa mendatang. Dan kami pun sangat berharap, agar makalah ini
dapat dijadikan salah satu sumber bacaan yang dapat dipergunakan sebagai
pembimbing dalam membuat tulisan lainnya di kemudian hari.
Cirebon, Maret 2012
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB
II MACAM-MACAM
PENDEKATAN TEORI KONSELING...................
3
A.
Teori Konseling Client-Centered .................................................................. 3
B.
Teoeri Konseling
Behavioral ......................................................................... 5
C.
Teori Koseling Eksistensial ........................................................................... 8
D.
Teori Terapi Rasional Emotif ........................................................................ 10
BAB
III PENUTUP..................................................................................................
13
KESIMPULAN.........................................................................................................
13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari sikap membutuhkan orang
lain. Hal ini didukung pula oleh adanya masalah yang melingkupi tiap insan
sesuai fitrahnya. Seringkali ia
membutuhkan pendengar yang baik atau tempat share
(konsultasi) ketika mengalami masalah yang belm dapat terselesaikan olehnya
sendiri.
Oleh karena itu terbentuklah suatu kerjasama antara konselor, yaitu
sebutan untuk pendengar atau penasehat dan akan membantu orang yang tengah
menghadapi masalah yang selanjutnya disebut klien.
Bentuk penyelesaian masalah tiap klien tentunya berbeda-beda sesuai
dengan permasalahan yang mereka alami. Untuk itu, tiap konselor memiliki
beragam teknik pendekatan konseling dalam rangka penyelesaian masalah klien
mereka. Pendekatan-pendekatan tersebut terangkai dalam makalah yang akan
dibahas oleh kami dalam makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
Beberapa rumusan masalah berkaitan dengan pembuatan
makalah ini yaitu:
1.
Apa yang mendasari terbentuknya beragam teknik
pendekatan konseling?
2.
Apa konsep dasar
dari masing-masing teknik pendekatan konseling?
3.
Apa makna dan
tujuan konseling dari masing-masing teknik?
4.
Bagaimana bentuk
aplikasi dari masing-masing teknik tersebut?
5.
Apa kekurangan
dan kelebihan yang terdapat dalam teknik-teknik?
C. Tujuan
Beberapa tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu:
1.
Mengetahui
filsafat yang mendasari terbentuknya beragam teknik pendekatan konseling.
2.
Mengetahui
konsep dasar dari masing-masing teknik pendekatan konseling
3.
Mengetahui makna
dan tujuan konseling.
4.
Mengetahui
teknik-teknik yang sering digunakan oleh konselor untuk membantu mengatasi
permasalahan kliennya.
5.
Mengetahui berbagai
kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam teknik-teknik pendekatan konseling
tersebut.
BAB II
MACAM-MACAM PENDEKATAN TEORI KONSELING
PENDEKATAN
TEORI KONSELING
A.
TEORI
KONSELING CLIENT-CENTERED
Teori ini muncul
sebagai serangan terhadap konsep yang dikembangkan oleh pendekatan
psikoanalisis Sigmund Freud dan teori Behavioral yang memandang manusia lebih
bersifat patalisme dan mekanisme. Tokoh utama teori Client-Centered ini adalah
Carl Rogers. Teori ini memandang bahwa manusia memiliki pengalaman subjektifnya
sendiri dan harus bersandar pada pengalaman yang realistis.
1.
Filsafat
Dasar
Individu
yang sadar, rsional dan baik mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Manusia memiliki
suatu kecenderungan ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan
terapeutik, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya telah diingkari.
Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kea rah mengaktualkan kesadran,
spontanitas, kepercayaan kepada diri dan keterarahan.
2. Konsep Dasar
Pada
dasarnya mnusia bersifat kooperatif dan konstruktif sehingga tidak perlu
diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya. Manusia mampu
mengetahui semua apa yang baik untuk dirinya tanpa pengaruh dari luar.
Konsep-konsep kunci dalam teori ini yaitu:
a.
Client-centered
didasari oleh munculnya konsep diri (self-concept), aktualisasi diri
(self-actualization) teori kepribadian dan hakikat kecemasan,
b.
Klien mempunyai potensi
untuk menyadari terhadap masalah dan memahami cara untuk mengatasinya serta
mempunyai kapasitas untuk mengarahkan dirinya sendiri (self-direction)
c.
Kesehatan mental
(mental-health) merupakan kesesuaian (congruensi) dari jati diri yang ideal
(ideal-self) dengan jati diri yang nyata (actual-self)
3.
Makna
dan Tujuan
Makna
dan tujuan teori ini adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif dan menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri, bagi usaha membantu klien untuk
menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien dapat memahami
hal-hal yang ada di balik topeng yang dikenakannya, yaitu:
a.
Menciptakan kondisi
yang konektif untuk dapat memaksimalkan kesadaran diri (self- awarness) dan
pertumbuhan.
b.
Mereduksi berbagai
hambatan terhdap aktualisasi potensi diri serta membantu klien untuk menemukan
dan menggunakan kebebasan memilih dengan kesadaran diri yang harus juga
membantunya agar bebas dan bertanggungjawab atas arah dan kehidupannya.
4. Proses dan Teknik
Konseling
Pendekatan
client-centered bukan merupakan suatu pendekatan yang tetap dan tuntas. Ia
mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip
percobaan yang berkaitan dengan proses terapi. Pendekatan client-centered
sanagt menekankan pada dunia fenomenal klien. Dengan teknik empati yang cermat
dan dengan usaha untuk memahami klien dari perspektif dunia klien. Secara umum
teori client centered membangun terbinanya hubungan yang hangat dan akrab
antara konselor dank lien. Konselor perlu menciptakan suasana kebebasan, kenyamanan, dan terlepas dari penilaian
hubungan tertentu.
5.
Aplikasi
Teori Konseling Client-Centered
Teori
client centered ini telah banyak memberikan kontribusi signifikan terhadap
perkembangan teori-teori selanjutnya yang sangat menghargai dan memahami
berbagai dimensi kemanusiaan. Teori yang dikembangkan Carl Rogers ini secara
historis merupakan teori pertama yang menyentuh dimensi emosional dan rasional
manusia. Karena orientasinya yang sangat komprehensif, berkaitan dengan dimensi
emosional, rasional dan afektif, maka teori konseling Client-Centered ini dapat
diaplikasikan pada berbagai lingkungan seperti pendidikan formal, informal,
perusahaan, dan industry yang dapat dilaksanakan dalam bentuk layanan kelompok,
individual, keluarga, dan remaja.
Sejalan
dengan teori client-centered yang menekankan bahwa dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi klien sangat ditentukan oleh klien yang
bersangkutan, sedang seorang konselor hanya bersifat fasilitator dan dapat
dijadikan dasar/ pedoman dalam menanggulangi gejala-gejala penyimpangan remaja
tersebut.
6.
Keterbatasan
Teori Konseling Client-Centered
a). Kekurangan teori ini yaitu:
● Terlalu menekankan aspek afektif,
emosional, perasaan, serta melupakan faktor intelekfaktor intelek, kognitif,
dan rasional.
● Pengguanaan
informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
● Tujuan
untuk klien (memaksimalkan diri) masih terlalu luas cakupannya hingga sulit
untuk melakukan penilaian terhadap setiap individu
● Sulit
bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal
● Meski
diakui efektif, teori ini tidak memiliki bukti-bukti yang sistematik dan
lengkap berkaitan dengan tanggungjawab klien yang kecil.
b).
Kelebihan dari teori ini diantaranya yaitu:
○ Lebih
berorientasi pada pemusatan klien dan bukan pada konselor
○ Lebih
menekankan emosi, parasaan, dan afektif dalam proses konseling
○ Lebih
menekankan pada identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana
utama dalam mengubah kepribadian
○ Proses
lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
○ Memberikan
kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif
B.
TEORI KONSELING BEHAVIORAL
Teori konseling behavioral lebih
memusatkan diri pada pengubahan perilaku nyata. Perilaku manusia yang tidak
tepat (salrah) dapat dilatih dan dikontrol serta dimanipulasi sesuai harapan.
Tokoh utama teori ini adalah D. Krumboltz, Hosford, Bandura dan Wolpe.
1.
Filsafat
Dasar
Dalam pandangan teori ini, manusia adalah yang
memprodusir dan produk dari lungkungannya (Bandura, 1986). Sedang Surya (1988)
menyatakan bahwa teori ini memandang bahwa lingkungan memberi pengaruh cukup
kuat pada diri individu dan sangat sedikit berperan dalam menentukan dirinya.
Teori ini menolak pendapat bahwa perilaku manusia merupkan dorongan dasar
(seperti yang telah dijelaskan Freud). Karena menurut teori konseling
behavioral, perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
2.
Konsep
Dasar
Konsep teori behavioral menurut Moh. Surya (1988) yaitu:
a.
Perilaku manusia dapat
dipahami karena dapat diubah, dan masalah klien dianggap masalah belajar dalam
proses belajar yang salah.
b.
Perubahan spesifik
terhadap lingkungan pribadi dapat menolong perubahan perilaku yang relevan.
c.
Prosedur konseling
dapat dikembangkan melalui prinsip-prinsip belajar (missal: reinforcemen dan social-modeling).
d.
Perubahan perilaku
klien diluar wawancara adalah indikator keefektifan (hasil konseling).
e.
Pada hakikatnya,
konseling behavioral proses logis berdasarkan prinsip-prinsip belajar.
f.
Prosedur konseling
tidak statis, tetapi secara khusus dirancang untuk membantu klien mengatasi
masalahnya.
3.
Maksud
dan Tujuan Konseling
Makna dan tujuan teori konseling ini pada hakikatnya
tidak sama untuk setiap klien, tetapi disesuaikan dengan masalah yang
dihadapinya. Secara umum, tujuan
konseling behavioral adalah untuk membantu klien memperbaiki pola perilaku
salah, belajar membuat keputusan, dan mencegah timbulnya berbagai masalah.
4.
Proses
dan Teknik Konseling
Proses
dan langkah-langkah yang dapat ditempuh teori behavioristik ini yaitu:
1). Menganalis dan
merumuskan masalah klien dalam bentuk unit tingkah laku maladaptif
2). Merumuskan
tujuan-tujuan khusus dalam rangka mengubah perilaku dengan menerapkan teknik
yang tepat
Konseling
behavioristik merupakan proses pembelajaran klien untuk memperoleh pola-pola
perilaku poitif dalam memecahkan berbagai masalah interpersonal, emosional,
maupun psikologis. serta dalam mengambil keputusan-keputusan tertentu, harus ada peranan antara klien dan konselor serta
menyadari situasi belajar yang dijalaninya.
Adapun teknik-teknik konseling
(Surya, 1988) yang biasa dilakukan antara lain: desentisasi model,
restrukturing kognitif, penghentian pikiran, latihan ketegasan, latihan
keterampilan social, program manajemen diri, pengulangan perilaku, latihan
khusus, teknik terapi multimodal, dan tugas-tugas pekerjaan rumah.
5.
Aplikasi
Teori Konseling Behavioral
Dalam
proses konselingnya, Konseling Behavioristik lebih mudah diaplikasikan karena
lebih rinci dan sisitematis, hasil mudah diukur dan dirumuskan dalam perilaku
nyata, serta memiliki beragam variasi teknik sehingga banyak alternatif untuk
berbagai masalah yang dihadapinya.
Dalam aplikasinya, teori ini dapat diterapkan dalam
berbagai setting, diantaranya terapi
individu dan kelompok, institusi pendidikan, dan situasi-situasi belajar
lainnya. Sebagai terapi yang berpendekatan pragmatis, teori ini berladaskan
kesahihan eksperimental atas hasil-hasil.
Salah satu prinsip behavioral yaitu menekankan proses
tingkah laku individu yang dimanipulasi melalui belajar. Untuk itu, seorang
konselor harus menempatkannya ke dalam posisi perilaku yang dapat diubah
melalui penciptaan kondisi seseorang yang kondusif (factor lingkungan sangat
berpengaruh). Namun, pandangan optimistik terhadap lingkungan, tidak sealu
dianggap sebagai satu-satunya cara penyelesaian masalah, karena pada
kenyataanya, faktor lingkungan memiliki keterbatasan yaitu hanya mengantarkan
konselor dalam kondisi pemecahan masalah yang bersifat instrumen (suplementer).
6.
Keterbatasan
Teori Konseling Behavioral
a). Kekurangan dari teori ini yaitu:
·
Konseling
behavioral bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat
manipulatif, dan mengabakan hubungan antar pribadi.
·
Lebih
terkonsentrasi kepada teknik.
·
Meskipun sering
menyatakan persetujuan kepada tujuan klien, konselor teteap menjadi penentu
tujuan tersebut.
·
Konstruk belajar
yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup
komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu
hipotesis yang harus di tes.
·
Perubahan klien
hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku yang lain.
b). Kelebihan dari teori ini
yaitu:
§ Teori ini lebih mudah diaplikasikan karena rinci dan
sistematis.
§ Lebih memberikan ilustrasi bagaimana mengatasi
keterbatasan lingkungan.
§ Hasilnya mudah diukur dan dirumuskan dalam perilaku
nyata.
§ Penekanan dipusatkan pada perilaku sekarang dan bukan
pada perilaku yang terjadi di masa lalu.
§ Memiliki teknik beragam sehingga banyak alternatif
untuk berbagai masalah yang dihadapi.
C.
TEORI KONSELING EKSISTENSIAL
Teori Eksistensial berkembang sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme yang
di anggap tidak berlaku adil
dalam mempelajari manusia. Teori ini sangat menekankan implikasi-implikasi
falsafah hiidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di dunia ini. Tokoh-tokoh atau promotor yang
berpengaruh dalam konseling eksistensial
adalah Rollo May, Victor E. Frankl dan
Adrian Van Kaam.
1.
Filsafat Dasar
Teori terapi Eksistensial
dalam prosesnya berlandaskan pada konsep dan asumsi tentang manusia itu
memliki kesadaran diri, bebas dan bertanggung jawab. Ia mampu menemukan
jati diri dan membangun hubungan yang
signifikan dengan orang lain. Kecemasan
itu merupakan suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang
bermakna, menyendiri tapi berada
dalam hubungan dengan orang lain, keterbatasan dan kematian serta kecenderungan mengaktualkandiri.
2.
Konsep Dasar
Teori konseling ini memfokuskan pada kondisi-kondisi
Kepribadian yang berkembang unik sesuai
dengan masing-masing individu. Kesadaran
diri berkembang sejak bayi dan kecenderungan diri kearah pertumbuhan merupakan ide-ide sentral. Psikopatologi merupakan
akibat dari kegagalan dalam
mengaktuakan potensi. Teori ini berfokus
pada saat ini dan berorienntasi pada masa depan
serta lebih menekankan pada
kesadaran dan pemahaman
diri sebelum bertindak.
3.
Makna dan Tujuan Konseling
Makna dan Tujuan
Konseling Eksistensial adalah membantu
klien untuk menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri serta membantu klien agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri. Sedangkan tujuannya merupakan proses
untuk menolong individu agar individu
mengetahui dan menjadi sadar, menciptakan situasi dan kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran dan pertumbuhan
diri.
4.
Proses dan Teknik Konseling
Berbeda dengan teori lainnya, teori konseling eksistensial tidak
mempunyai teknik yang spesifik, karena
teori ini lebih mengutamakan
pemahaman klien terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi konselor dapat menjamin teknik-teknik dari pendekatan lain. Diagnosis
dan pengetesan dipandang tidak terlalu penting, tapi yang pertama konselor harus mempunyai empati yang tinggi. Artinya hubungan yang hangat dan terbuka antara konselor dan klien sangat penting.
5.
Apllikasi Teori Konseling Eksistensial
Model pendekatan
teori konseling eksistensial inii dapat diterapkaan baik bagi konseling
individual maupun kelompok, juga
dapat diaplikasikan untuk menangani
anak-anak dan remaja, serta dapat di intregasikan dalam bentuk prktek-praktek di lembaga pendidikan formal. Dalam teori
eksistensialistis, kunci yang paling menentukan di dalam memecahkan masalah
tersebut adalah tetap kembali kepada
subjek individu (remaja) itu
sendiri, karena potensialitas diri anak merupakan faktor penentu merupakan
faktor terjadinya prilaku individu. Konselor hanya sebagai pemberi intervensi
dalam membimbing dan mengarahkan klien.
6.
Keterbatasan Teori
Konseling Eksistensial
a)
Kekurangan
1. Teori ini terlalu menekankan pada kesadaran
dan pemahaman diri sebelum bertindak.
2. Teori konseling
eksistensial tidak mempunyai teknik yang spesifik, dan lebih mengutamakan klien
terhadap dirinya sendiri.
b)
Kelebihan
1. Teori ini lebih
memfokuskan terhadap kebutuhan akan pendekatan subjektif yang berazaskan pada
suatu pandangan yang komprehensif mengenai eksistensi manusia.
2. Lebih
mengorientasikan pada perlunya suatu
pernyataan filosofis menngenai apa arti sesungguhnya terjadi diri
pribadi.
3. Terciptanya hubungan
yang hangat dan terbuka antara konselor dan klien. Sehingga melalui proses antar
pribadi ini, klien semakin
menyadari kemamppuannya untuk mengatur
dan menentukan arah hidupnya sendiri secara
bebas dan bertanggung jawab.
D. TEORI TERAPI RASIONAL EMOTIF
Teori terapi rasional emotif secara konseptual
menitikberatkan pada proses berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan
bertindak. Teori ini di kembangkan oleh Albert Ellis, dan pendekatan atau teori
ini kelihatannya sangat mempprihatinkan
dimensi didaktik dan bersifat direktif
dan banyak berorientasi pada dimensi pikiran.
1.
Filsafat Dasar
Manusia mempunyai
kecenderungan –kecenderungan yang bersifat bertolak belakang. Manusia memiliki
kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berfikir, mencintai,
bergabbung dengan orang lain serta
tumbuh mengaktualisasikan diri. Manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk
berfikir, rasional dan jujur maupun untuk berfikir irrasional dan jahat. Maka manusia juga memiliki
kecenderungan kearah penghancuran diri, perfeksionisme dan mencela diri,
menghindari penggunnaan pemikiran, takhayul, dan tidak toleran.
2.
Konsep kunci
Sistem keyakinan
adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya klien ditantang untuk
menguji kesahihan keyakinannya untuk memperbaiki pola-pola yang di fungsional
itu, manusia harus menggunakan metode-metode perseptual kognitif, emotif evokatif, dan behavioristik-reeduktif. Terapi ini menekankan bahwa manusia
berfikir, beremosi dan bertindak secara simultan.
3.
Makna dan tujuan
konseling
Makna dan tujuan
terapi rasional emotif adalah meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri
klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih rasional,
realistik dan toleran. Teori ini tidak hanya diarahkan pada penghapusan gejala,
tetapi juga untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai
dirinya secara mendasar, membantu mereka untuk memperoleh keyakinan yang benar
berkenaan dengan minat diri, minat sosia
dan pengaturan diri. Teori ini mendorong suatu re-evaluasi filosofis dan
idiologis berdasarkan asumsi bahwa masalah-masalah manusia berakar secara
filosofis.
4.
Proses dan konsep
konseling
Teknik-teknik
konseling dirancang untuk melibatkan klien kedalam evaluasi kritis atas
filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik di buat. Dengan terapis menafsirkan,
betanya, menggali, menantang, dan menngkonfronmasikan klien. Pendekatan ini
menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, pekerjaan rumah
dan penerapan metode ilmiyah secara logis dengan memperhatikan proses dan
bentuk pemecahan masalahnya.
Menurut Albert
Ellis, teknik yang di gunakan dalam RET ini lebih bersifat elektf sesuai dengan
karakter permasalahan yang cukup bervariasi, sebagaimana memiliki pengalaman
hidup yang cukup berarti, belajar tentang pengalaman-pengalaman orang lain, dan
memasuki hubungan degan terapis.
5.
Kontribusi dan
aplikasinya
Kontribusi utama
dalam teori ini adalah penekanannya pada keharusan praktek dan bertindak menuju
perubahan tingkah laku masalah.
Pendekatan ini menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar dari
gangguan-gangguan pribadi. Terapi Rasional Emotif lebih efektif dalam menangani para klien yang tidak terganggu secara serius atau para
klien yang memiliki hanya suatu gejala utama. Tipe-tipe klien yang ditangani
dengan prosedur-prosedur teori ini adalah mencakup klien yang mempunyai tingkat kecemasan yang moderat, gangguan Kepribadian neurotik dan masalah perkawinan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan isi makalah dan diskusi
yang telah dilakukan, maka dapat kami tarik beberapa kesimpulan berikut ini:
1. Menurut teori Client-Centered, anusia memiliki
pengalaman subjektif sendiri dan
realistis.
2. Menurut teori Behavioral, pengubahan perilaku nyata dapat
dilakukan sesuai harapan.
3. Teori Eksistensial lebih menonjolkan
implikasi-implikasi yang berkaitan dengan falsafah hidup .
4. Teori Terapi Rational Emotif cenderung berhubungan
tentang tahapan-tahapan dalam melakukan suatu hal, seperti berfikir, menilai,
memutuskan, menganalisis, dan bertindak.
DAFRAR PUSTAKA
Masdudi. 2011. Bimbingan
dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: at-Tarbiyah Press.