Senin, 07 April 2014
ASPIRASI CALEG PEREMPUAN: SUARA DARI SEPARUH UMAT MANUSIA
ASPIRASI CALEG PEREMPUAN: SUARA DARI SEPARUH UMAT MANUSIA
Hajat akbar pemilu lima tahunan tinggal beberapa hari lagi. Kampanye berbagai parpol dengan latar belakang dan visinya masing-masing telah dilakukan. Di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya, wajah-wajah ‘baru’ maupun ‘lama’ terpampang dengan ukuran besar. Jika ditelusuri dengan teliti, jumlah wajah perempuan makin bertambah daripada lima tahun sebelumnya.
Kondisi yang tidak biasa ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kuota caleg perempuan di pemilu tahun 2014 ini. Kapasitas kursi untuk caleg perempuan diperkirakan 25-30 %, jauh meningkat dari pemilu-pemilu sebelumnya, seperti tahun 2009 yang hanya 18 % dan tahun 2009 yang masih setengah dari tahun berikutnya, yakni 9 %. Kapasitas kursi perlemen yang diperuntukkan bagi kaum hawa ini sudah seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat dan para caleg perempuan.
Sama halnya dengan persamaan hak dalam memperoleh pendidikan, kesempatan untuk ikut andil dalam pemerintahan yang membawa ke-maslahat-an pun merupakan hak perempuan. Mereka diperbolehkan menyerukan aspirasi dan pemikiran untuk membawa perubahan yang mengarah pada Indonesia yang lebih baik. Sedangkan bagi masyarakat sebagai pemilih, maka wajib memilih wakil rakyat yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk menyampaikan kepentingan khalayak di parlemen. Publik telah mampu membaca perpolitikan Indonesia dan kritis terhadap berbagai penyimpangan di dalamnya. Untuk itulah para caleg perempuan berkesempatan untuk memperbaiki paradigma ini demi mengembalikan kepercayaan mereka.
Politik di Indonesia saat ini masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Suara-suara di persidangan parlemen masih didominasi oleh kaum pria. Kursi parlemen bagi caleg perempuan di pemilu sebelumnya yang masih tergolong rendah pun turut mempengaruhi kondisi ini. Akan tetapi, meskipun terjadi peningkatan kursi bagi caleg permpuan, tiap parpol diharapkan tidak hanya ‘asal’ memberikannya. Caleg perempuan yang dicalonkan harus benar-benar memiliki kapasitas di bidangnya.
Ada beberapa alasan mengapa caeg perempuan harus ada dan dipilih. Pertama, selama ini caleg perempuan masih dianggap sebagai pemanis partai maupun koalisinya saja. Suara caleg perempuan kerap dianggap sebelah mata. Hal ini dapat dilihat dari beberapa persidangan terbuka yang diliput media massa secara umum, usulan-usulan kebijakan lebih didominasi kaum adam. Terlepas dari pendominasian tersebut, di dalam diri caleg perempuan sendiri telah berkembang rasa ‘malu’ untuk ikut menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya. Padahal bisa jadi, pemikiran tersebut mampu membawa perubahan bagi Indonesia dan merupakan aspirasi dari banyak masyarakat yang merindukan kehidupan yang lebih baik.
Namun demikian, caleg yang dicalonkan atau mencalonkan diri pun harus meningkatkan kualitas kinerjanya. Ia harus mampu membagi waktu secara profesional antara kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaannya sebagai wakil rakyat. Ia tidak dapat disebut sebagai perempuan yang berhasil jika hanya mengutamakan salah satunya saja. Selain itu, fakta saat ini menunjukkan bahwa caleg perempuan cenderung menyelewengkan kekuasannya. Seperti tulisan Kholda dalam tabloid Media Umat (2014: 24) yang berjudul ‘Caleg Perempuan, Masihkah Menawan?’, keterlibatan caleg perempuan hanya berbuah penjara. Ia mengambil contoh anggota legislatif perempuan seperti Wa Ode Nurhayati, Angelina Sondakh, Choirunnisa, dan Gubernur Banten Atut Chosiyah. Perspektif negatif inilah yang harus diubah oleh caleg-caleg perempuan yang akan duduk di kursi perlemen nanti melalui kiprah mereka di pemerintahan.
Kedua, Islam sebagai ideologi umat Muslim dan merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia, telah menjelaskan tentang persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Jauh sejak Islam lahir, wanita telah diberi persamaan hak dalam pendidikan dan politik, begitupula dalam aspek kehidupan mu’amalah lainnya. Sahabat Rasul saw yang mendapat gelar ‘Singa Padang Pasir’ Umar bin Khaththab, menyambut baik aspirasi dan nasihat yang datangnya dari seorang perempuan.
Ketiga, Dalam buku Woman Who Changed The World yang ditulis Rosalind Horton dan Sally Simmons, 50 tokoh perempuan versi penulis yang dijadikan sebagai figur pengubah dunia. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat bagaimana riwayat hidup, kiprah serta perubahan yang telah dibuat melalui keterlibatan mereka di dalamnya yang tertulis dalam buku tersebut. Tanpa melihat sisi positif atau negatif yang dibuat para tokoh wanita tersebut, satu yang tak dapat dipungkiri adalah fakta bahwa mereka telah berhasil melakukan beberapa hal yang mempengaruhi perubahan dunia.
Keterlibatan perempuan dalam usaha mewujudkan Indonesia yang maju dan lebih baik makin terbuka lebar. Masyarakat sudah saatnya memandang sama rata antara suara laki-laki dan perempuan. Dengan syarat, opini yang disuarakan telah dipertimbangkan dan disetujui mampu membawa perubahan bagi Indonesia dan dunia. Lebih dari itu, melihat mayoritas penduduk Indonesia dan dunia yang dipegang oleh perempuan, maka dengan memilih caleg perempuan sama halnya dengan memilih suara mayoritas yang melebihi separuh umat manusia. Insha Allah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
FairPlay casino no deposit bonus
BalasHapusFairPlay Casino no deposit bonus. Players will benefit 온카지노 from matchpoint a wide variety of bonus offers 메리트카지노 on their games. These include free spins no deposit and a welcome